Headlines News :
Home » » Lebih Segar, Lebih Rileks

Lebih Segar, Lebih Rileks

Written By Unknown on Kamis, 02 Juli 2009 | 18.31

Oleh
ARIYANTO

Segar, cair, dan tereksplorasi dengan lebih dalam kapasitas tiga capres dalam debat capres seri kedua, di Studio Metro TV, tadi malam. Ketiganya, mempertontonkan kelihaian beradu argumen. Sama-sama punya poin, sama-sama puas, dan cukup menghibur. Jauh dari kesan kaku, panas hati, dan emosi.
Yang paling ger, justru saat Megawati Soekarnoputri mengomentari statemen Jusuf Kalla. ’’Pak JK itu dulu pernah ikut saya! (Menko Kesra, red)’’ ucap Mega. JK pun langsung menyahut, meskipun moderator Aviliani belum memberi waktu kepada JK untuk bicara. ’’Tapi kerja saya baik kan Bu?’’ timpal capres dari Partai Golkar itu. Mega yang diinterupsi balik membalas: ’’Ndak dong!’’
Audience pun tidak kuat menahan tawa. JK sendiri sampai memalingkan muka ke belakang, sambil bertawa. Mega yang setiap debat bertampang serius pun ikut tersungging senyumnya. Susilo Bambang Yudhoyono yang posisinya di antara kedua capres yang sedang bercanda live di TV dan disaksikan jutaan pemirsa itu pun ikut tersenyum.
Itulah saat paling cair dalam debat tadi malam. Sebelumnya, JK memang menyindir Mega, karena beberapa kali istri Taufiq Kiemas itu menyebut dirinya lebih baik saat menjadi presiden lalu. Soal harga penjualan gas Tangguh, misalnya. JK bersikeras harga jual gas Tangguh yang disetujui zaman Mega presiden itu terlalu murah. ’’Maaf Bu, soal Tangguh, terlalu murah. Harusnya jangan USD 3,8 (per barel) karena sekarang harganya bisa USD 6 (per barel),’’ kata JK yang disambut tepuk tangan.
JK berulang-ulang melakukan attacking ke SBY dengan joke-joke-nya. Dari soal mie instan yang menjadi sound track iklan SBY, pemborosan di birokrasi Jakarta, yang sudah JK kritisi selama ini, dari UU ketenagakerjaan, UU investasi, tingginya suku bunga dan program percepatan listrik 10.000 MW, soal Boediono yang tidak setuju. Sampai soal jargon, Lebih Cepat Lebih Baik, untuk me-Lanjutkan pemerintahan SBY.
SBY pun membela diri. Dia mengatakan, pemerintah bukannya mempersulit penjaminan untuk program 10.000 MW. Tapi, kata SBY, saat itu memang dibutuhkan kejelasan penjaminan apa yang diperlukan. ’’Saya, Pak JK, dan Pak Boediono hadir saat itu. Dulu katanya tidak ada garansi, lalu jadi garansi lunak, lalu jadi garansi penuh. Lalu akhirnya kita berikan jaminan untuk 10.000 MW,’’ katanya.
SBY pun tidak terkesan ’’kaget’’ dan terdesak oleh serangan-serangan JK yang masih dibungkus etika yang baik. Kali ini, sentilan JK memang sangat rapi dan cantik. Tidak kasar, karena jika terlalu tajam bisa jadi bumerang bagi dirinya. Fans SBY yang masih fifty-fifty bisa ikut ’’marah’’ karena jagonya dipermalukan. Orang-orang Jawa yang berpendidikan dan tinggal di perkotaan yang masih berstatus swing mass terancam gagal digaet.
Faktor kesukuan, boleh jadi tidak terlalu signifikan. Tetapi, kalau dihembuskan terlalu kencang, sentimen negatif bisa saja terjadi. Sebagai sebuah kontes, yang dilakukan JK dalam debat kali ini sangat cerdik.
SBY juga tidak kalah pintar. Capres yang diusung Partai Demokrat ini mencoba mengurangi level ’’kekakuan’’ yang selama ini dia citrakan. Juga mengurangi derajad ’’lebih lambat’’ yang selalu dimainkan oleh tim sukses JK. Serta, tidak ’’ketus’’ lagi dengan sindiran-sindiran maut, seperti saat berkampanye di depan pendukungnya.
Bahkan, SBY sempat menjawab sentilan JK soal mie instant yang dibilang bahan gandumnya impor, bukan produk dalam negeri. ’’Kalau kita impor banyak gandum untuk Indomie, gimana mau ekspor banyak gandum,’’ tutur JK sembari menoleh ke SBY.
SBY pun menjawab: ’’Mie instan yang dimakan Pak Jusuf Kalla mungkin hanya yang berbahan dasar gandum, tapi kalau yang saya makan sudah mengandung sagu, singkong, dan sukun,’’ tangkis SBY spontan yang juga mengundang gelak tawa. Saat di-counter seperti itu, JK pun tertawa dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sayang, di tengah serunya pertarungan itu, ’’commercial break’’ datang melerai. Dalam catatan INDOPOS, ada lima kali jeda iklan. Commercial break pertama terdapat sembilan iklan. Lima iklan niaga dan 4 iklan capres. Iklan JK satu kali, SBY satu kali, dan Mega dua kali. Commercial break kedua ada tujuh iklan. Iklan niaga empat kali dan iklan capres 3 kali. Mega satu kali dan SBY dua kali.
Commercial break ketiga 6 kali. Iklan niaga lima kali dan iklan SBY satu kali. Commercial break keempat, ada sembilan kali. Iklan niaga enam kali dan iklan capres tiga kali. Iklan SBY satu kali, iklan Mega dua kali. Commercial break kelima, ada delapan kali iklan. Iklan niaga enam kali dan iklan capres dua kali. Mega satu kali dan SBY satu kali. Ke depan, supaya ’’pertandingan silat’’ ini lebih seru, commercial break bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan. Jika terlalu banyak, penonton pasti lelah karena harus menunggu terlalu lama.
Bagaimana suasana pasca debat? JK mengaku oke-oke saja, tidak tersinggung sama sekali. Termasuk statemen Megawati yang menyebutnya “tidak bagus” saat menilai kinerjanya di Kabinet Gotong Royong Mega dulu. “Saya nggak tersinggung," kata JK usai debat. Saudagar Makassar ini menambahkan, tidak hanya dirinya yang menjadi menteri saat Mega presiden. "Saya waktu itu jadi menteri dengan Pak SBY juga," imbuhnya.
SBY juga puas atas debat putaran kedua itu. Perbedaan pandangan ketiga capres dipandang wajar. Termasuk sentilan JK yang kerap menyasar dirinya. Dia sebut masih dalam suasana yang patut dan tidak berlebihan. ’’Yang bisa menanggapi penonton dan rakyat Indonesia. Tapi, cukup segar,’’ kata dia.
Bagaimana dengan Mega? Ketua DPP PDI P ini menilai debat kali ini tidak berbeda dengan sebelumnya. ’’Sama seperti debat yang pertama, hanya materinya saja yang berbeda,’’ ujarnya.(*)

INDOPOS, 26 Juni 2009
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Catatan Pinggiran - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template