Headlines News :
Home » » Chenny Han Mendobrak Stigma

Chenny Han Mendobrak Stigma

Written By Unknown on Jumat, 02 November 2007 | 16.45

Oleh


Ariyanto


Bisnis Chenny Han semakin berkembang. Salah satu kunci kesuksesannya adalah manajemen perusahaannya menerapkan dua hal yakni sentuhan lembut wanita dan sifat tegas dari seorang pria. Seperti apa?


Jarum jam menunjukkan pukul 12.00. Matahari berada tepat di atas kepala. Terik membakar ubun-ubun. Namun, panas langsung sirna ketika memasuki rumah bergaya minimalis berlantai tiga, di sebelah pohon mangga yang berada di Jalan Kebon Kacang XXX, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ya, inilah kediaman penata rias ternama Chenny Han sekaligus kantor Chenny Han Bridal & Fashion.


Saat memasuki ruangan di lantai 1, tampak berbagai gaun pengantin berwarna putih dan jas hitam untuk pengantin terpajang rapi dalam lemari kaca yang bersih. Di lantai 2, terdapat beberapa manekin memakai gaun pengantin. Di ruangan inilah pemilik nama asli Siu Han Tjong itu biasa menerima tamu. Tapi, saat itu saya diajak berbincang-bincang di lantai tiga, sekaligus makan siang.


’’Makan rumahan ya. Saya memang lebih senang makan sederhana seperti ini. Tahu tempe, sayur asem dan pakai sambal. Hmmm… nikmat sekali,’’ kata Chenny mengawali pembicaraan dengan saya, tersenyum ramah. Seperti biasa, bila saya bertemu dia di berbagai kesempatan, tata rias wajah dan rambutnya selalu rapi. Tutur katanya santun dan senyumnya manis. Chenny yang dilahirkan dalam fisik sebagai lelaki ini merasa jiwanya feminin dan lebih nyaman disebut wanita.


’’Wah bisnisnya semakin berkembang ya. Sekarang ada divisi gaun malam, pakaian dalam, foto studio, majalah, penerbitan buku, dan perlengkapan pernikahan dengan lebih dari 40 karyawan. Punya cabang lagi di Plaza Tunjungan III, Surabaya,’’ kata saya.


Dia hanya tersenyum manis mendengar pernyataan itu, sembari membersihkan buliran keringat yang membasahi kening dengan kapas. Chenny yang telah melalui masa 25 tahun karirnya dalam dunia fashion dan bridal itu mengungkapkan, kunci suksesnya berkat mempertahankan prinsip. Prinsip itu adalah bagaimana melayani dan memperlakukan pelanggan sebaik-baiknya. ’’Kalau soal prinsip tak dapat ditawar-tawar lagi,’’ kata ’’wanita’’ cantik berhidung mancung ini.


Chenny mengakui salah satu kunci kesuksesan perusahaannya karena diawaki dengan manajemen yang unik. Manajemen perusahaannya menerapkan dua hal yakni, sentuhan lembut wanita dan sifat tegas dari seorang lelaki. Ketika mengambil keputusan, jiwa laki-laki berbeda dengan jiwa perempuan yang harus memikirkan berbagai hal dengan pertimbangan-pertimbangan. ’’Saya kalau belanja baju tidak suka berlama-lama. Saya belanja 20 baju buah kurang dari satu jam, mungkin sifat laki-lakinya yang muncul,’’ kata pengusaha kelahiran Jakarta, 3 Juli 1963.


Chenny mengaku beruntung dibandingkan beberapa rekannya yang tergabung dalam Fantasi doll. Fantasi doll adalah salah satu kelompok waria yang biasa mangkal di Taman Lawang pada dekade 1980-an. Saat itu, Fantasi Doll beranggotakan Chenny, (Alm) Avi, Wendi, Dorce Gamalama, Marni, Nency serta beberapa waria lainnya. Pokoknya termasuk salah satu primadona di Taman Lawang. Pelanggannya ada yang artis, pengusaha, hingga pejabat. Tarifnya bisa sampai Rp 100 ribu. Ya kalau sekarang senilai Rp 5 jutaan.


Namun dia sadar apa yang dilakukan saat itu tidak benar dengan berkecimpung di dunia malam. ’’Kurang lebih sekitar dua tahun saya berada di sana. Awalnya cuma iseng-iseng. Akhirnya keterusan,’’ ungkap dia. Keinginan dan semangat untuk berubah itu yang memacunya.


Tak puas hanya kursus bikin cake hias di Nila Chandra, Chenny lalu mengambil kursus kecantikan di Puspita Martha yang menjadi modalnya membuat salon dan di Rudi Hadisuwarno. Tinggal enam tahun di Los Angeles, California, pun merupakan bagian dari perubahan ke arah yang lebih baik. ’’Keputusan berubah tentu sangat berat namun harus saya jalani untuk mewujudkan mimpi saya, dengan berbekal sebuah gunting dan sisir saya mulai dari nol,’’ tutur dia mengenang masa lalu.


Chenny mengungkapkan, perubahan itu harus lahir dari dalam sendiri. Ingin mengubah nasib juga muncul dari diri sendiri. Tak bisa dari orang lain atau berharap kepada pemerintah. Setiap individu harus menanamkan jiwa senang dengan kompetisi. Untuk bisa memenangkan persaingan itu, maka harus punya kompetensi. ’’Karena itu, saya senang sekali dengan kompetisi. Mulai tempat les, tingkat nasional, dan juga ketika di Amerika,’’ kata Chenny yang memenangi kontes kecantikan waria di Jakarta dan Los Angeles dan berbagai lomba keterampilan merias.


Belum Berpikir Operasi


Sukses dan memiliki segalanya tak membuat Chenny Han lupa diri. Ternyata, diam-diam, Chenny mempunyai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan segera mendirikan lembaga pendidikan. Semuanya dari kocek sendiri. ’’Saya tak bisa bikin proposal minta dana ke sana ke mari,’’ kata dia.


Barangkali sebagian orang akan terperangah dengan apa yang dimiliki Chenny Han saat ini. Memiliki butik di Jakarta dan Surabaya, usaha penerbitan buku PT Kibas Elok, majalah, foto studio dan lain-lain. Bahkan, Chenny memiliki sebuah kondominium di Los Angeles dari hasil usahanya sebagai seorang peƱata rias profesional selama enam tahun di negeri Paman Sam. Lalu, apa rencananya kini?


Diam-diam Chenny mempunyai yayasan yang bergerak di bidang sosial dan segera mendirikan lembaga pendidikan. Semuanya dari kocek sendiri. ’’Saya tak bisa bikin proposal minta dana ke sana ke mari,’’ kata dia.


Chenny berharap, dengan yayasan dan pendidikan dapat mengangkat nasib rekan-rekannya. Dia tidak setuju jika ada temannya mengemis ke sana ke mari hanya untuk mendapatkan sejumlah dana yang besarnya tidak seberapa untuk melaksanakan sebuah kegiatan. ’’Mending saya mengeluarkan dana sendiri dan tak perlu pusing memikirkan biaya. Saya kalau punya kelebihan dana langsung saya serahkan ke teman-teman untuk mengadakan kegiatan yang bermanfaat untuk mereka,’’ kata dia. Bagaimana dengan keinginan membangun rumah tangga?


Ketika membangun ’’kerajaan’’ bisnisnya, berbagai tawaran datang bertubi-tubi. Dari yang mengajak kenalan, berpacaran hingga menikah. Namun semua hal itu ditampik. Sebab, jika diladeni, bisa berdampak terhadap masa depannya. ’’Pernah ada seseorang, begitu kenal langsung mengajak nikah. Saya nggak suka tipe orang seperti itu. Orang itu akhirnya nggak pernah saya gubris. Belum lagi email-email yang masuk. Mereka jatuh cinta. Tapi email-email seperti itu sata delete gitu aja,’’ tutur dia.


Pernah juga terbersit memiliki impian menikah ketika melihat gaun-gaun pengantin yang dirancangnya. Tapi, keinginan itu buru-buru dikubur. Dirinya sadar kondisinya berbeda dengan orang pada umumnya.


Pemilik salon dan rias pengantin ini sejak kecil memang sudah berbeda dari anak laki-laki lainnya. Kulitnya putih halus dan gerakannya gemulai. Sering diledek bencong sama teman-teman di lingkungan rumah. Begitu pula ketika SMA. Dia akhirnya memutuskan berhenti sekolah saat kelas dua SMA. ’’Ya pasti sakit hati, tetapi itu malah saya jadikan cambuk. Lihat saja, saya akan buktikan bahwa diri saya lebih baik dari kamu semua,’’ tutur Chenny yang juga disisihkan keluarganya itu.


Bahkan, Chenny sempat kecewa kepada ibunya yang memprotes keadaannya. Saat itulah Chenny nekat meminum obat-obatan yang ada di rumah. ’’Kalau sahabat saya tidak mendobrak pintu kamar saya, saya mungkin sudah ’lewat’,’’ kenangnya.


Jadi, soal cinta, Chenny mengaku tidak tahu. Rasanya tidak mungkin. ’’Dengan kondisi saya yang sekarang (melajang) terasa lebih nyaman. Istilahnya mau bekerja 24 jam tak ada yang mengusik. Saat ini saya hanya meminta sukses dalam karir. Usia saya sudah 44 tahun,’’ ungkap dia.


Lagi pula, jika ingin menikah, UU Perkawinan di Indonesia tidak memperkenankan nikah sesama jenis. Nikah yang diperbolehkan hanya antara laki-laki dan perempuan normal. ’’Jadi, saya pikir kelompok yang ingin agar diperbolehkan nikah sesama jenis itu tidak melihat kondisi negara Indonesia yang agamis,’’ terang dia.


Sampai sekarang terkadang Chenny masih berpikir untuk operasi. Tapi, kembali selalu bertanya untuk apa? Dia memang operasi hidung dan payudara di Beverly Hills, AS pada dokter yang juga mengoperasi penyanyi Dolly Parton dan Michael Jackson. ’’Saya hanya ingin punya sekolah kecantikan yang lebih profesional dan mengembangkan yayasan saya untuk sosial dan terus menerbitkan buku tentang kecantikan dan buku motivasi,’’ tekad dia. (*)


*Terbit di Indo Pos, 26-27 Juli 2007


http://
Share this article :

3 komentar:

  1. artikel yang menarik. Ada kelanjutannya, mas?

    BalasHapus
  2. Mas, Chenny Han itu Miss Waria Asia Pasific Tahun berapa? trims

    BalasHapus
  3. Chenny sempat cerita soal Miss Waria Asia Pasific kala itu. Tapi saya nggak ingat tahun berapa Kang Warno.

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Catatan Pinggiran - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template