Headlines News :
Home » » Ketika ’’Menteri Anak’’ Tengok Bilqis di RS Kariadi Semarang

Ketika ’’Menteri Anak’’ Tengok Bilqis di RS Kariadi Semarang

Written By Unknown on Kamis, 25 Februari 2010 | 09.59

Oleh
ARIYANTO

Cium Ubun-Ubun, Dipanggil dengan Sebutan Ninik Sayang

Penderitaan Bilqis Anindya Passa mengetuk hati berbagai kalangan. Sejak pasien penderita gagal fungsi saluran empedu (atresia bilier) ini dirawat di RS Kariadi Semarang 3 Februari lalu, sudah banyak pejabat menengok. Kemarin, giliran Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP dan PA) Linda Amalia Sari menjenguk bayi berusia 17 bulan itu. Bagaimana suasananya?
-----------------------
Setelah membuka Rakor Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah, Linda Amalia Sari menyempatkan diri menengok penderita atresia bilier, Bilqis Anindya Passa. Linda yang berkemeja dan mengenakan selendang ungu itu tiba pukul 13.00 WIB di RSUP dr Kariadi Semarang, Jl Dr Sutomo, (23/2/2010). Dia langsung menuju tempat Bilqis dirawat di Ruang Merak, kelas II.09.I di lantai tiga. Saya beruntung bisa masuk di ruang VIP itu dan bisa merekam semua yang terjadi di sana. Saya memang diajak secara khusus oleh Meneg PP dan PA.
Ruang berukuran sekitar 6x9 meter itu cukup mewah. Selain dilengkapi AC dan televisi, ruang ini juga dilengkapi kulkas, sofa, dan kamar mandi di dalam. Ruangannya sangat bersih dan steril. Ya, namanya juga ruang VIP.
Di ruang itu, Linda ditemani kedua orangtua, Dewi Farida, 37, dan Doni Ardianta Passa, 33, nenek Bilqis Bakti Ningsih, 57, Dirut RS Kariadi dr Hendriani Selina SpA (K) MARS, dokter yang menangani Bilqis Prof DR dr AG Soemantri , dan Kepala Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Jawa Tengah Sulaimah.
Saat melihat Bilqis berbaring dengan selang menempel di hidung dan tangannya, Linda langsung merasa iba. Tangan Linda yang sudah diberi cairan untuk sterilisasi kuman itu refleks hendak mengusap kepala Bilqis. Namun, niat itu diurungkan. Masih takut. ’’Niang, ninik sayang,’’ sapa Linda kepada Bilqis. Bilqis menoleh ke arah Linda. ’’Niang…aduh pengin sekali menggendong, tapi takut nangis,’’ ujar Linda.
’’Tidak apa-apa Bu,’’ tukas nenek Bilqis sembari mendudukkan Bilqis yang sebelumnya tidur telentang. Linda mengecup ubun-ubun Bilqis lalu menggendongnya.
’’Bismillahirrahmanirrahim. Cucu cayang. Ninik sayang. Saya manggil Niang supaya pintar, biar sehat,’’ tutur Linda yang sudah dikaruniai seorang cucu ini sambil menimang-nimang Bilqis. Bilqis yang biasanya rewel kali ini cukup tenang. Linda kembali menciumnya. Kali ini di pipi kanan Bilqis yang tembem. Melihat ketegaran Bilqis, semua orang di ruang itu turut tersenyum gembira. Raut kebahagiaan juga terpancar dari kedua orangtua dan nenek Bilqis.
Pada kesempatan ini, ibu Bilqis menyematkan pin Koin Cinta Bilqis di dada kiri Linda agar sang menteri tidak melupakan Bilqis, anaknya, dan Bilqis-Bilqis lainnya. ’’Kekuatan sang ibu dan bapak ini sungguh luar biasa. Bilqis juga sangat tegar. Saya melihat ini sebagai sebuah ujian untuk naik kelas. Semoga cepat sembuh,’’ tutur Linda.
Linda kemudian memberikan semangat kepada kedua orangtua Bilqis agar tidak berputus asa. ’’Tiga belas tahun lalu saya terkena kanker payudara. Alhamdulillah dengan tetap berdoa, optimisme, dukungan dari keluarga dan masyarakat, dan mengikuti petunjuk dokter, saya bisa sembuh dari penyakit ini,’’ kata Linda memotivasi.
Usai menengok Bilqis, Linda ditemui Direktur RSUP dr Kariadi, Hendriani, istri Gubernur Jateng Sri Suharti, dan sejumlah pejabat daerah, di ruang rapat. Anggota tim cangkok hati, Prof AG Soemantri menjelaskan rencana dan proses yang ditempuh dalam operasi cangkok hati. ’’Kementerian saya nanti akan berkoordinasi dengan yang lain, terutama untuk anak-anak dari keluarga miskin,’’ katanya. ’’Program pemerintah mengenai hal itu sudah cukup banyak. Ya, kita berharap ada masukan dari masyarakat. Perlu ada solidaritas atau kesetiakawanan sosial,’’ imbuhnya.
Ibu Bilqis mengaku sangat berterima kasih sang menteri telah meluangkan waktu mengunjungi anaknya, Direktur Utama RS Kariadi, dan tim dokter yang menangani Bilqis. ’’Terima kasih semuanya. Ini membuat saya pribadi bisa berdiri di sini. Tanpa bantuan pemerintah, masyarakat, dan juga media, Bilqis tidak bisa seperti ini,’’ ujar Ibu Bilqis. Air matanya kemudian meleleh membasahi pipi.
Melihat sepasang garis lurus putih bening laksana kristal meluncur dari kedua kelopak matanya, Linda mengatakan, ’’Betapa mulianya seorang ibu ya?’’
Sementara itu, Prof DR dr AG Soemantri menuturkan, pihaknya menerjunkan 41 dokter untuk operasi terhadap Bilqis. Bahkan RS Kariadi telah menjalin kerja sama dengan tim dokter dari National University Hospital System Singapura. ’’Kita dulu pernah belajar di sana,’’ ungkap dia.
Soemantri mengatakan, dua minggu hingga tiga bulan ke depan, pihaknya terus mengumpulkan informasi terkait diri Bilqis. ’’Bahkan kita sampai merumuskan makanan dan minuman apa yang harus dikonsumsi setelah dicangkok nanti,’’ ujar dia.
Seperti diketahui, Bilqis menderita kegagalan fungsi saluran empedu. Penyakit yang terdeteksi dari kotoran berwarna putih pekat seperti dempul itu diketahui diidap Bilqis sejak berumur dua minggu. Gara-gara atresia bilier itu, kulit Bilqis yang semula putih menjadi hitam. Matanya menguning. Perutnya mengembung. Feses yang ia keluarkan berwarna putih seperti dempul. Donasi yang terkumpul itu membuat kedua orangtua Bilqis semakin mantap untuk membawa anak mereka ke RS Dokter Kariadi, Semarang. Di rumah sakit inilah Bilqis akan menjalani cangkok hati.
Kasus Bilqis bukan yang pertama. Masih banyak bocah yang mengalami kondisi serupa. Negara harus serius memperhatikan mereka. Sebab, mereka adalah pemimpin-pemimpin Indonesia pada masa mendatang. (*)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Catatan Pinggiran - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template