Headlines News :
Home » » Taufik Hidayat, Ke Mana setelah Thomas Cup dan Indonesia Open 2010 Lepas dari Genggaman

Taufik Hidayat, Ke Mana setelah Thomas Cup dan Indonesia Open 2010 Lepas dari Genggaman

Written By Unknown on Selasa, 13 Juli 2010 | 16.07

Oleh
ARIYANTO


Gantung Raket, Bangun TH Arena untuk Regenerasi

Pebulu tangkis nasional Taufik Hidayat kembali gagal mewujudkan harapan bangsa Indonesia. Setelah ditumbangkan Lin Dan dalam Thomas Cup 2010 di Malaysia, Taufik juga ditaklukkan oleh Lee Chong Wei di laga final Indonesia Open Super Series 2010. Dengan kekalahan ini, pria yang telah enam kali menjuarai Indonesia Open ini akan pensiun. Apa yang akan dilakukan?
Siang itu, pukul 12.30 WIB, wajah Taufik Hidayat terlihat sedikit lelah dan masih mengantuk. Matanya agak merah dan berair, seperti baru bangun tidur. Mengenakan kaus putih berkerah dan celana jeans biru muda selutut, Taufik yang suka memakai kalung dan cincin di jari manis kirinya itu mengajak saya berbincang-bincang di meja makan sambil makan siang.
’’Masih capek ya Mas?’’ tanya saya. ’’Dibilang capek iya. Cuman semalam nonton bola sampai pagi. Bangun siang. Kita sudah biasa aja sih. Yang capek mungkin istri saya, capek ditinggal,’’ kata Taufik sembari menoleh ke Ami Gumelar, istrinya.
Ya, sehari sebelumnya, pebulu tangkis nasional ini memang berjuang keras untuk membawa satu gelar dari Indonesia Open Super Series 2010. Namun sayang, di laga final, Taufik ditundukkan Lee Chong Wei. Meski sempat memberi perlawanan dahsyat di set pertama, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1981, ini akhirnya takluk juga dengan skor 19-21, 8-21 dari Chong Wei dalam partai final yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, (27/6).
’’Di awal set pertama, permainan Mas Taufik sangat cantik. Pertarungan berjalan ketat. Bahkan, di posisi 18-18, sempat terjadi duel seru kombinasi antara reli, netting dan adu smes, dan Mas Taufik unggul 19-18 saat smesnya masuk, walaupun akhirnya Chong Wei menang 21-19. Tapi mengapa di set kedua jauh merosot?’’ tanya saya mengawali pembicaraan dengan Taufik di rumahnya, Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, ditemani istri tercinta, Ami Gumelar, dan manajernya, Melati Karina, Senin (28/6).
’’Stamina saya habis. Saya sudah tidak mampu. Seperti kata orang, mungkin saya sudah habis (karirnya),’’ kata dia.
Di set kedua, permainan Taufik jauh menurun. Banyak sekali pukulan dari unggulan kedua itu yang nyangkut di net. Kemenangan ini mengulangi keberhasilan Chong Wei jadi juara tahun lalu, juga dengan mengalahkan Taufik.
’’Dari segi fisik, bedalah sama dulu. Mau ditambah latihan seperti apa juga sudah maksimal,’’ imbuh pebulutangkis kelahiran 28 tahun lalu itu.
’’Tapi saat Indonesia Open Mas Taufik terlihat tidak terlalu ngoyo?’’ tanya saya. ’’Ya mungkin beda ama tahun lalu yang uda di-plan (direncanakan, Red). Sekarang tidak perlu ngoyo. Kita nikmati untuk diri sendiri aja,’’ ujar dia.
’’Toh orang lain nggak mikirin kita juga. Artinya selama ini saya telah melakukan yang terbaik. Buat PBSI, bulu tangkis Indonesia, dan bangsa Indonesia. Apa sih yang tidak saya lakukan. Yang nggak pernah saya kasih. Juara Olimpiade sudah, Asian games sudah, sea games sudah, Indonesia Open enam kali juara,’’ lanjut menantu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari ini.
Ketika ditanya apakah kurang latihan, Taufik menggelengkan kepala. Taufik mengaku sudah melakukan persiapan cukup menjelang turnamen. Meski sempat sakit selama sepekan dan harus menunggui istrinya melahirkan anak kedua usai Piala Thomas, Taufik tidak mau mengambinghitamkan hal tersebut. ’’Persiapan, kalau dibilang cukup ya sudah. Kegagalan ini tidak ada alasannya. Kalah ya kalah, Chong Wei memang lebih bagus,’’ aku Taufik sportif.
Taufik mengatakan, semua ada masanya. Boleh dikata, sekarang ini masanya Chong Wei dan Lin Dan. Dia sekarang lagi lucu-lucunya. ’’Tapi nanti pasti ada masanya, yang akan turun juga,’’ ujar bapak dua anak ini.
Taufik mengungkapkan, dirinya akan pensiun. Tapi tidak seperti orang terjun bebas. Bertahap. ’’Ke depan ini kan masih ada beberapa kejuaran. Kita lihat saja. Kalau tidak berhasil, saya akan meminta berhenti,’’ papar dia. Lalu, apa yang dilakukan ketika pensiun?
’’Saya akan membangun Taufik Hidayat Arena di Ciracas, Jakarta Timur. Rabu nanti (hari ini, Red) akan dilakukan ground breaking (peletakan batu pertama),’’ ungkap dia.
Keinginan Taufik ini beranjak dari sebuah tekad yang bulat untuk memiliki sebuah gedung bulutangkis, olahraga yang telah membesarkan seorang anak dengan bakat besar dari kota Pangalengan, Jawa Barat. ’’Ini untuk percepatan akselerasi regenerasi bulutangkis Indonesia. Dibantu dengan tim pelatihan dan manajemen yang kuat,’’ ungkap dia.
Taufik ingin memberikan mimpinya untuk Indonesia. Gedung ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan memberi arti bagi dunia bulutangkis Indonesia.. Bangunan yang akan dikonstruksi di atas lahan seluas kurang lebih 6.600m2 ini direncanakan selesai pertengahan 2011. Terdiri atas fasilitas 8 lapangan bulutangkis beserta tribun penonton,
Dormitory (asrama) & Dormitory Lounge, Gym, Medic/physio Room, Cafetaria, Taufik Hidayat Gallery, Conference Room & Audio/Visual Room, Internet Lounge , dan lapangan futsal.
’’Saya mempersembahkan gedung ini untuk Indonesia, jadikanlah TH Arena ini sebagai salah satu aset yang dapat digunakan bangsa untuk terus mencetak generasi berprestasi. Saya dan tim akan bekerja tiap harinya tanpa henti untuk TH Arena,’’ ujar Taufik. Sebuah momen awal kembali bagi seorang anak bangsa yang telah mengukir banyak prestasi untuk terus bermimpi dan berjuang tanpa batas. (*)

INDOPOS, 30 uni 2010
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Catatan Pinggiran - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template