Oleh
ARIYANTO
Ada catatan yang boleh dibagi-bagi ke pembaca. Perolehan suara dari rutan di Jakarta dan sekitarnya diborong habis oleh Capres Megawati Soekarnoputri. Bahkan, jauh melesat melebihi Capres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK)? Ada gerakan bawah tanah apa?
Analisis sementara, ini berkaitan dengan peran Mega dalam kasus Prita Mulyasari. Mantan terdakwa yang pernah menghuni Lapas Wanita Kota Tangerang yang didakwa mencemarkan nama baik RS Omni International itu. Seperti diketahui, wanita 32 tahun itu adalah pegawai di sebuah bank ternama di Jakarta. Ibu dua anak itu merasakan dinginnya sel penjara selama 22 hari sejak 13 Mei 2009.
Dia dianggap bersalah karena menyebarkan email berisi keluhan seputar pelayanan medis rumah sakit tersebut. Prita dijerat dengan Pasal 310 dan 311 KUHP tentang pencemaran nama baik dan Pasal 27 ayat 3 UU No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (ITE). Ancaman hukuman enam tahun penjara dan denda Rp 1 Miliar.
Namun, Rabu (3/6) sore, Prita dibebaskan. Status ibu dari Khairun Ananta Nugoroho,3, dan Rana Ria Nugroho, 1, itu dialihkan dari tahanan rutan menjadi tahanan kota. Pembebasan itu tidak lama berselang setelah Capres Megawati menjenguknya. Sehingga tersiar kabar bahwa Mega-lah sang Pahlawan yang membebaskan.
Walaupun, hari itu dua capres lain juga memberi support. Bahkan mungkin dua capres lain lebih strategis perannya dalam mendukung Prita. ’’Saya berterima kasih kepada mereka. Semoga Allah yang membalasnya,’’ ujar Prita kala itu sebelum meninggalkan lapas.
Setelah delapan hari menjadi tahanan kota, Pengadilan Negeri Tangerang akhirnya membebaskan statusnya, (11/6). Prita boleh bepergian ke luar kota dan bisa bekerja kembali. ’’Alhamdulillah. Saya ingin mengajak anak-anak naik busway dan Insya Allah saya bisa segera bekerja kembali,’’ kata dia saat itu.
Pasca status tahanan kota dicabut, tepatnya pada 21 Juni, Megawati menawari Prita menjadi juru kampanye pasangan nomor urut satu. ’’Saya siap saja kalau diminta seperti itu,’’ ujar Prita. Di mata Prita, Mega memang dianggap sosok pahlawan yang telah membebaskan dirinya dari terali besi.
Sejak itulah Prita langsung gencar berkampanye. Dia mengajak kepada kaum perempuan Indonesia untuk memberikan dukungannya. ’’Secara pribadi, saya meminta kepada kaum perempuan untuk mendukung ibu Mega pada pilpres nanti,’’ kata Prita ketika mengikuti silaturahmi bertajuk Megawati di Mata Prita Mulyasari di Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, (21/6).
Namanya juga jurkam. Prita tentu tidak hanya mengajak kaum perempuan. Tapi juga mungkin teman-temannya sesama tahanan. Khususnya, di lapas Wanita Tangerang, tempat dia mendekam di sana selama 22 hari. Berangkat dari asumsi ini, barangkali tingginya perolehan suara pasangan Megawati di rutan-rutan ada korelasinya dengan peran Prita.
Di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, pasangan Mega-Pro mendulang 658 suara. Disusul pasangan SBY-Boediono 478 suara dan pasangan JK-Wiranto 149 suara. ’’Suara tidak sah ada 34. Jadi totalnya adalah 1.285 suara,’’ kata Kepala Keamanan Rutan Pondok Bambu, Renharet Ginting.
Di Rutan Salemba, Jakarta Pusat, pasangan Mega-Pro juga menang manis. Dari seluruh surat suara sah di 6 TPS Khusus, pasangan yang diusung PDI-P dan Gerindra mampu meraup 1.197 suara, lalu disusul SBY-Boediono 866 suara.
Bagaimana dengan lapas Tangerang? Setali tiga uang. Perolehan suara pasangan Mega-Pro juga unggul. Menurut Kepala Lapas Pemuda Tangerang Wawan Hendrawan, Mega-Pro mendapat 707 suara, SBY-Boediono 420 suara, dan JK-Wiranto 138 suara. Di Lapas Wanita Tangerang sendiri yang hanya diberikan 1 TPS, pasangan Mega-Pro juga meraup suara mayoritas dari 413 orang yang namanya tercantum di Daftar Pemilih tetap (DPT). Duh, gak rugi juga ngajak Prita yang lulusan manajemen itu jadi juru kampanye Mega-Pro. (*)
INDOPOS, 10 Juli 200
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !